Bismillah…, Alhamdulillah washalatu wassalamu’ala rasulillah wa ‘ala alihi wa ashabihi wa man tabi’ahum biihsanin ila yaumiddin.
Alhamdulillah, segala puji hanya milik Allah Subhanahu wa ta’ala yang telah menurunkan kitab-Nya sebagai petunjuk dan pedoman hidup bagi manusia; yang telah mengutus Rasul-Nya sebagai hujjah atas mereka. Shalawat serta salam semoga tetap tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad, para sahabat, dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik sampai hari kiamat nanti. Amiin.
Para pembaca, kaum muslimin yang kami cintai karena Allah, sesungguhnya Allah Subhanahu wa ta’ala menciptakan dunia dan isinya untuk kebutuhan manusia dan tidaklah kita jumpai makhluk lain yang menerima kenikmatan semisal mereka. Hal ini berdasarkan firman Allah Subhanahu wa ta’ala yang artinya, “Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan Dia berkehendak (menciptakan) langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.” [QS. Al-Baqarah: 29]
Ini termasuk belas kasih Allah Subhanahu wa ta’ala dan nikmat-Nya yang diberikan kepada manusia. Namun perlu kita ketahui juga dengan nikmat yang banyak ini tidaklah Allah Subhanahu wa ta’ala menuntut apa-apa kepada manusia, melainkan hanya untuk beribadah kepada-Nya semata dan tidak beribadah kepada selain-Nya. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman yang artinya, “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku.” [QS. Adz-Dzaariyaat: 56]
Sebuah perintah ibadah bukanlah untuk kepentingan Allah Subhanahu wa ta’ala, melainkan untuk kepentingan manusia itu sendiri. Dan beribadah kepada Allah Subhanahu wa ta’ala haruslah dilandasi dengan ketakwaan kepada-Nya.
Apa itu taqwa..??
Taqwa secara bahasa berarti waspada dan berhati-hati. Adapun taqwa secara istilah syariat adalah engkau mengamalkan ketaatan kepada Allah Subhanahu wa ta’ala dilandasi keimanan karena mengharap pahala-Nya dan engkau meninggalkan maksiat kepada-Nya dilandasi keimanan karena takut dari siksa-Nya. [disebutkan oleh Abu Nu’aim dalam Al-Hilyah(3/64)]
Dari definisi di atas dapat kita tarik kesimpulan bahwa tidaklah sebuah amalan dianggap sebagai ketaatan kecuali apabila dilandasi dengan keimanan (bukan karena kebiasaan, atau mengikuti hawa nafsu, mencari pujian dan popularitas) tidak !! sama sekali tidak. Dasarnya hanyalah keimanan dan tujuan akhirnya adalah mencari pahala dan keridhaan Allah Subhanahu wa ta’ala.
Urgensi taqwa
- Wasiat Allah yang berharga
Taqwa merupakan sebuah jaminan untuk meraih kebahagiaan di dunia dan akhirat. Itulah wasiat Allah bagi orang-orang terdahulu juga umat sekarang. Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman yang artinya, “Dan sungguh Kami telah memerintahkan kepada orang-orang yang diberi Kitab sebelum kamu dan (juga) kepada kamu;agar bertaqwa kepada Allah.” [QS. An-Nisaa’: 131] - Menjalankan perintah Allah dan Rasul-Nya
Taqwa merupakan sebuah perintah yang sangat agung, dimana Allah Subhanahu wa ta’ala perintahkan bukan hanya kepada manusia saja bahkan kepada para rasul-Nya. Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman yang artinya, “Hai para Rasul, makanlah dari makanan yang baik-baik dan kerjakanlah amal shalih. Sesungguhnya Aku Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. Sesungguhnya agama tauhid ini adalah agama kamu semua,agama yang satu dan Aku adalah Rabb kalian, maka bertaqwalah kepada Ku.” [QS. Al-Mu’minuun: 51-52]
Begitu juga Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam sering mengingatkan para sahabatnya agar bertaqwa kepada Allah. Beliau bersabda, “Bertaqwalah engkau dimana pun kamu berada.”[HR At-Tirmidzi, hasan] - Sebaik-baik bekal
Bekal yang hakiki adalah bekal yang terus menerus bermanfaat bagi pelakunya di dunia dan akhirat. Adapun sebaik-baik bekal menuju negeri abadi adalah taqwa. Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman yang artinya, “Berbekallah, sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah taqwa.”[QS. Al-Baqarah: 197]
Buah manis dari ketaqwaan
- Dicintai oleh Allah
Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman yang artinya, “Maka sungguh Allah menyukai orang-orang yang bertaqwa.”[QS. Al-‘Imran: 76]
Seperti yang kita ketahui bersama jikalau Allah mencintai seorang hamba niscaya Dia akan mengabulkan permintaanya dan melindunginya dari apa-apa yang ia benci. - Dimudahkan urusan dunia dan akhirat
Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman yang artinya, “Dan barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya.” [QS. Ath-Thalaq: 4] - Dilipat gandakan pahala
Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman yang artinya, “Dan barangsiapa yamg bertaqwa kepada Allah, niscaya Dia akan menghapus kesalahan-kesalahannya dan akan melipat-gandakan pahala baginya.” [QS. Ath-Thalaq: 5] - Masuk surga dan dijauhkan dari api neraka
Termasuk buah manis dari ketaqwaan adalah memasukkan pemiliknya kedalam surga dan menyelamatkan dari api neraka. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman yang artinya, “Dan tidak ada seorangpun daripadamu melainkan ia akan mendatangi neraka itu. Hal itu bagi Rabb-mu adalah suatu kepastian yang sudah ditetapkan. Kemudian kami menyelamatkan orang-orang yang bertaqwa dan membiarkan orng-orang yang zhalim di dalam neraka dalam keadaan berlutut.” [QS. Maryam: 71-72]
Bagaimana menjadi orang yang bertaqwa..??
Setelah kita mengetahui arti, urgensi, dan buah manis dari ketaqwaan tentulah kita ingin mengetahui kiat-kiat agar menjadi orang yang bertaqwa. Di antara kiat-kiat tersebut adalah:
- Menuntut ilmu agama
Tidak diragukan lagi bahwa menuntut ilmu adalah sebuah kewajiban bagi setiap muslim. Yang mana dengan ilmu tersebut seseorang dapat membedakan yang baik dan yang buruk. Yang dimaksud ilmu di sini adalah ilmu agama yang telah banyak dilupakan oleh mayoritas manusia. - Berdo’a
Berdo’a merupakan hal yang mudah bagi setiap manusia dan hendaklah manusia selalu berdo’a agar diberikan ketaqwaan, seperti yang dilakukan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam. Doa yang beliau panjatkan antara lain, “Ya Allah, aku memohon kepada-Mu petunjuk, ketaqwaan, kesucian dan kecukupan.”[HR Muslim] - Mentadabburi Al-Qur’an dan Hadis
- Berteman dengan orang yang bertaqwa
Rasulullah shalallahu’alaihi wa sallam bersabda, “seseorang dipandang dari agama temannya,maka hendaklah salah seorang di antara kalian melihat siapa yang menjadi temannya.”[HR Abu Daud]
Tidak semua orang layak dijadikan teman, hendaklah kita memilih teman yang dapat membantu kita dalam ketaqwaan kepada Allah. - Meninggalkan dosa dengan segera
Sesungguhnya jiwa ini selalu memerintahkan kepada kejelekan, firman Allah Subhanahu wa ta’ala yang artinya, “Sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan.”[QS. Yusuf: 53]
Jikalau terbesit di benak kita keinginan bermaksiat, hendaklah kita membuang jauh-jauh fikiran tersebut agar kita selamat dari kubangan dosa dan menjadi hamba yang bertaqwa.
Allahu A’lam bisshawab.
[ Muhammad Khaidir ]
Sumber: http://stdi.imam-syafii.or.id